Kajian Strategis : Sudah Sampai Mana Cita-Cita Profesi Apoteker Indonesia?

kastratok

Sudah Sampai Mana
Cita-Cita Profesi Apoteker Indonesia?
Oleh: Lilasari Putri Maharani
Dept.Kajian Strategis BEMF Farmasi UAD 2015/2016

Apa yang terlintas dalam benak anda ketika mendengar kata apoteker? Jika yang terlintas dibenak anda adalah obat berarti kita sepakat bahwa domain utama profesi apoteker adalah obat. Melihat realitas yang ada saat ini sudahkah apoteker dikenal berdasarkan fungsi dan perannya? Pertanyaan seperti ini bisa jadi merupakan pertanyaan retoris yang mencoba menyingkap masalah klasik dibalik eksistensi apoteker.
Eksistensi apoteker Indonesia belakangan ini marak dibicarakan di kalangan sejawat apoteker bahkan masyarakat. Akan tetapi, bila kita melihat realita lapangan, masyarakat di indonesia terkukung pada pemikiran tenaga apoteker sebagai tenaga kedua setelah dokter. Terbukti dari anggapan masyarakat yang memandang apoteker sebagai orang yang menerjemahkan resep dari dokter, orang yang mempersiapkan obat, dan yang paling umum masyarakat memandang apoteker sebagai “penjaga apotek” atau bahkan “penjual obat”. Pandangan inilah yang menurunkan mental dan menjadikan pandangan orang lain tidak terlalu baik terhadap farmasi. Bila hal ini dibandingkan dengan beragamnya tugas dari farmasi, maka hal tersebut membuktikan bahwa keberadaan farmasi kurang begitu dirasakan oleh masyarakat.
Kondisi yang terjadi pada paradigma masyarakat tentang apoteker tentu selaras dengan dedikasi profesi apoteker. Jika melihat visi besar IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) adalah “Terwujudnya Profesi Apoteker yang paripurna, sehingga mampu mewujudkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.” (http://www.ikatanapotekerindonesia.net/page/visi-misi), sudahkah kondisi saat ini menggambarkan pencapaian visi tersebut?
Masalah klasik dunia kefarmasian dalam bidang klinis komunitas misal kurangnya pengawasan terhadap regulasi kefarmasian, dan hampir tiadanya teladan, membuat pelayanaan kefarmasian berjalan seperti halnya retail biasa. Masyarakat mengenal apotek sebagai tempat membeli obat, bukan tempat yang juga memberi manfaat lebih bagi percepatan perbaikan kesehatannya. Citra apotek sebagai tempat praktek apoteker belum sekuat citra klinik sebagai tempat praktek dokter. Ada lagi tentang masalah Standar gaji apoteker yang termasuk rendah, apabila dibandingkan dengan tingkat kesulitan ilmu dan resiko pekerjaan yang akan dihadapi. Pekerjaan apoteker tentu sangat berhubungan dengan keselamatan jiwa seseorang, karena sangat erat hubungannya dengan obat yang notabene racun bagi tubuh.

Terlepas dari hal-hal yang menunjang tercapainya cita-cita besar apoteker indonesia, sebenarnya apa cita-cita besar apoteker Indonesia ?
Cita-cita besar apoteker Indonesia adalah dapat menjadi bagian dari solusi dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia yang dirasakan keberadaan dan kemanfaatannya melalui dedikasi dalam profesi.
Rasa membutuhkan masyarakat serta fungsi adanya Apoteker saat ini belum sekuat pola pikir masyarakat terhadap tenaga kesehatan lain. Walaupun pada faktanya hal-hal yang berkenaan dengan dunia kefarmasian erat kaitannya dalam kesehatan dan kehidupan dalam masyarakat.
Strategi yang dapat menjawab masalah klasik dibalik pertanyaan retoris seputar dunia kefarmasian termasuk juga bagian dari perwujudan pencapaian cita-cita apoteker dapat kita titik fokuskan kedalam 5 point besar:
1. Kejelasan penguatan payung hukum tenaga kefarmasian dan regulasi kefarmasian
2. Optimalisasi pendidikan calon apoteker
3. Branding profesi
4. Penanaman tanggung jawab serta rasa profesionalitas tinggi dalam keprofesian
5. Remunerasi Apoteker
Perwujudan pencapaian cita-cita apoteker dimulai dari bagaimana kita dapat menampakan “wujud” nyata dalam dedikasi kerja sesuai dengan fungsi,peran,serta wewenang yang seharusnya kita lakukan. Parameter terlaksananya cita-cita besar apoteker indonesia adalah abdi profesi yang kemanfaatannya dapat menyentuh masyarakat dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.